Tradisi Tilik Bayi Bebas Momshaming

Karimah Iffia Rahman


Ilustrasi: freepik.com


Silaturahmi adalah kegiatan bersosial yang dilakukan oleh setiap individu. Bahkan Islam menganjurkan untuk bersilaturahmi dalam al-Qur’an dan al-Hadits seperti yang tertuang pada Qur’an Surah an-Nisa’ ayat 1

(... وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ ٱلَّذِی تَسَاۤءَلُونَ بِهِۦ وَٱلۡأَرۡحَامَۚ ...) yang artinya “Bertaqwalah kepada Allah yang dengan nama-Nya kamu saling meminta, dan (peliharalah) hubungan kekeluargaan.” Begitu pula dalam sebuah hadits riwayat Bukhari disebutkan bahwa Rasulullah SAW bersabda مَنْ سَرَّهُ أَنْ يُبْسَطَ لَهُ فِي رِزْقِهِ أَوْ يُنْسَأَ لَهُ فِي أَثَرِهِ فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ “Barang siapa yang hendak dilapangkan rizkinya dan dipanjangkan umurnya, hendaklah ia menyambung silaturahmi”.


Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, silaturahmi berasal dari bahasa arab yaitu shilah (menyambung) dan rahim (kerabat) yang kedua kata ini kemudian menjadi kata serapan yang bermakna tali persahabatan (persaudaraan). Di Indonesia, sangat banyak momen yang digunakan untuk ajang bersilaturahmi, seperti ketika menghadiri sebuah pernikahan, merayakan hari lebaran dan selebrasi sejenis atau pun hari-hari tanpa ada perayaan. Bahkan kelahiran seorang bayi mungil pun mampu menghadirkan tradisi silaturahmi yang sering disebut dengan istilah tilik (atau nilik) bayi atau menjenguk bayi.


Sayangnya, tradisi tilik bayi tak jarang justru menimbulkan tindakan perundungan baik kepada bayi maupun orang tuanya misal "bayinya pesek nih, pasti mirip ibunya", "kok pakai susu formula, kan bagusan asi?" atau "kok lahirannya operasi? emang gak kuat ngeden?" dan kalimat-kalimat sejenis lainnya yang istilah milenialnya dikenal dengan sebutan momshaming. Menurut seorang psikolog (Roslina Verauli) (CNN, 2018) momshaming adalah tindakan yang dilakukan seseorang atau sekelompok untuk membuat malu seorang ibu atas pola pengasuhan terhadap anaknya seolah-olah pola pengasuhan pelaku momshaming adalah pola pengasuhan yang lebih baik jika dibandingkan korban. Seseorang yang melakukan momshaming sering kali tak sadar bahwa yang ia lakukan adalah tindakan kekerasan psikis karena efek dari tindakannya mampu mempengaruhi kesehatan mental atau psikis korban.


Hal ini senada dengan hasil survei yang dilakukan oleh penyurvei di sebuah aplikasi yang menjembatani kebutuhan penyurvei dengan responden secara akurat yaitu Jajak Pendapat (JAKPAT) tahun 2018 pada 574 ibu yang memiliki anak (Anggraini, 2019) menunjukkan bahwa pengalaman momshaming sering kali didapat dari orang-orang terdekat yang terjadi melalui pembicaraan secara langsung sebanyak 72.65% dan melalui sosial media sebanyak 64.9%, topik yang seringkali menjadi pembahasan momshaming adalah tentang asupan makanan anak sebanyak 50.2%, metode menyusui antara ASI atau susu formula sebanyak 49%, metode mendisiplinkan anak 48.8%.


Hadits riwayat Abu Ayyub Al-Anshori menyebutkan bahwa silaturahmi merupakan salah satu amalan terbaik yang dapat mengantarkan seseorang masuk surga. Bagaimana bisa disebut amalan terbaik yang dapat mengantarkan seseorang masuk surga jika silaturahmi dalam rangka tilik bayi ini justru menyakiti hati pemilik rumah? Oleh Karena itu, ketika sedang bersilaturahmi, perlu lah bagi setiap tamu untuk menunaikan adab dalam bersilaturahmi.


Menurut Syeikh Abdul Aziz bin Fathi as-Sayyid Nada, adab bersilaturahmi yang dianjurkan Islam adalah niat ikhlas bersilaturahmi, memulai silaturahmi dari kerabat yang terdekat, mendahulukan untuk bersilaturahmi kepada kerabat yang paling bertaqwa, berpakaian rapi dan pantas, bertamu di waktu yang tepat, menjaga sopan santun baik ketika datang maupun selesai bersilaturahmi, menghindari ikhtilat dan fitnah dalam bertamu, menjaga tutur kata dan mendoakan tuan rumah serta membawakan buah tangan (Utami, 2019).


Berdasarkan uraian tata krama di atas, saat bersilaturahmi dalam rangka tilik bayi, akan lebih baik tamu menghindari tindakan maupun ucapan yang mengarah pada momshaming seperti meminta izin sebelum bersilaturahmi karena ibu pasca melahirkan masih dalam proses pemulihan dan butuh beristirahat, berkunjung dalam keadaan sehat dan menjaga kebersihan badan agar tidak menularkan virus maupun bakteri patogen, bertanya kabar kelahiran sang bayi secukupnya, tidak mengomentari fisik bayi, tidak menyalahkan pola asuh yang sudah menjadi plihan orang tua sang bayi, meminta izin kepada orang tua sang bayi apabila hendak menggendong maupun mendokumentasikannya.


Jika tidak mampu berucap kebaikan, sebagai tamu cukuplah dengan mengucapkan kalimat selamat atas kelahiran buah hatinya dan tidak berkomentar maupun memberi banyak nasihat yang dapat menyakiti hati orang tua selaku tuan rumah. Karena sesungguhnya orang tua baru yang membutuhkan saran pasti akan bertanya, jika ia tidak melakukannya, maka hormati apa yang sudah menjadi keputusannya. Dengan menerapkan adab silaturahmi dalam Islam saat bertamu, tentu momen tilik bayi akan terasa lebih menyenangkan baik bagi penjenguk maupun yang akan dijenguk.


#berislamdengancinta


Untuk Kamu
Lihat 20 Artikel
Bagikan