Tobat dari Dunia K-Pop

Shofa Yanti- umma

Sahabat umma, tidak ada suatu penghalang apapun jika Allah sudah menakdirkan hamba-Nya untuk berhijrah. Tak terkecuali kepada mantan penggemar berat musik bergenres K-Pop, Fuadh Naim.


Saat menjadi narasumber dalam kajian 'Ada Apa dengan Korea?' di Masjid Al-Falah, Bambu Apus, Jakarta Timur, Minggu (3/11/2019) kemarin Fuadh menceritakan kisah hijrahnya kepada jemaah yang hadir.


"Saya awalnya seorang filmmaker dan desain juga. Awalnya susah berhijrah, karena bisakah latar belakang saya tetap dijalankan? Ternyata bisa buat edit video dakwah atau bikin banner kajian," tutur Fuadh.



Fuadh Naim. (Foto: Instagram @fuadhnaim)


Yang paling membuatnya sulit, ujar Fuadh, adalah melepaskan diri sebagai fanboy (laki-laki penggemar K-Pop). Bagaimana tidak, saking mencintai hal tersebut, saat kuliah pun wallpaper di telepon selulernya adalah bendera Korea Selatan.


Ketika akhir kuliah di saat dia disibukkan dengan skripsi, Fuadh rajin datang ke pengajian. Walaupun catatan dari kajian yang ia dapatkan ia tulis dengan Hangeul (aksara Korea).


"Saya berhijrah bukan karena dikatain orang, semakin orang ngatain saya, semakin saya merasa berada di jalan yang benar. Saya tiap hari datang ke pengajian walaupun saat itu belum ada pengajian yang bahas hal-hal tentang Korea," kata Fuadh.


Fuadh yang sudah menerbitkan buku berjudul 'Pernah Tenggelam' ini awalnya sering mengikuti pengajian walaupun tidak melepaskan kesukaannya kepada K-Pop. Ia tetap mendengar lagu dan menonton drama dari Negeri Gingseng tersebut.


Namun akhirnya Fuadh dihadapkan pada sebuah jalan yang harus memilih Islam atau dunia K-pop. Setelah mantap sepenuhnya memutuskan berhijrah, ia pun bergabung dengan komunitas Yuk Ngaji. 


Karena di dalamnya orang-orang bercerita tentang saudara atau temennya yang juga sama-sama penggemar berat KPop. Fuadh pun akhirnya menceritakan latar belakangnya sebagai K-Pop. Lalu ia berpikir untuk membuat event 'Ada Apa dengan Korea?'.


"Selain bisa membuat buku, Allah juga menakdirkan akhirnya bisa jalan-jalan ke Korea Selatan dan secara tidak langsung memberitahukan kepada saya bahwa saya juga harus ajak orang lain untuk berhijrah, maka terbesitlah untuk membikin event ini yang Alhamdulillah sudah berlangsung di 40 kota" kata Fuadh.


Setelah memantapkan berhijrah, Fuadh pun menyadari betapa banyak unsur keharaman dalam dunia yang selama ini ia sukai. Namun karena kesukaannya, Fuadh terbutakan oleh keharaman tersebut.


"Ternyata di dalamnya banyak unsur perilaku menyimpang. Saya sadar ketika melihatnya itu ada unsur LGBT tapi merasa tidak heran atau menganehkan, Astagfirullah," ujar Fuadh.


Ia pun menambahkan, selain adanya unsur LGBT, ada juga penanaman terhadap hubungan bebas. Menurut Fuadh, hal ini didapatkan dari berbagai drama Korea yang disuguhkan. Hubungan bebas nan haram bukan menjadi rahasia lagi tetapi sudah ditampilkan sebagai tontonan adegan dalam drama. 


"Ada juga unsur penyimpangan akidah. Ketika melihat konser K-Pop, biasanya para K-Popers mengacungkan tangannya ke atas berharap disentuh atau berharap disapa langsung oleh sang idola," kata Fuadh.


Hal ini tidak ada bedanya ketika pada zaman dahulu orang rela menyembelih hewan kepada berhala sesembahannya dan berharap mendapat sesuatu darinya. Karena bukan harga yang murah ketika seseorang ingin menonton konser K-Pop. 


"Ritual seperti konser juga ada di Islam. Hanya di Islam, Allah bertempat di Arsy yang tidak terlihat dan meneriakkan pujian juga berupa kalimat tasbih, tahmid, tahlil, dan takbir," kata Fuadh.


Maka tekad dari Fuadh kini ingin memberikan kesadaran bahwa KPop banyak hal keharaman yang sangat jauh bertolak belakang dengan islam. Serta mengajak siapapun untuk berhijrah dan membuat diri lebih baik di jalan Allah SWT. 

Untuk Kamu
Lihat 20 Artikel
Bagikan